Tuesday, October 8, 2019

MOS 2002 (part-1)









"Ayo kumpul di lapangan sekarang! Acara MOS akan segera dimulai!" Teriak seorang kakak kelas diruangan kami.


Dalam sekejap lorong sekolah menjadi gaduh oleh derap sepatu siswa yang berhamburan keluar dari kelas, ditemani oleh suara riuh membicarakan apa yang akan mereka hadapi di hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa). Saat yang lain tersibukan menuju lapangan, aku masih terduduk menunggu mereka semua keluar dari kelas.

"Kenapa kamu gak ke lapangan?"
"Penuh kak, sempit pintunya, saya nunggu sepi dulu."
"Kalo mau sepi di kuburan! Sana cepet ke lapangan!"

Bawel banget sih!

Tanpa banyak kata aku segera berdiri dan melangkahkan kaki menuju pintu keluar.

"ADUH!" Teriak seorang perempuan.
"Eh, maaf!" Kataku yang tak sengaja menyenggol lengannya.

Dia melihatku dengan tatapan yang tajam lalu pergi begitu saja.

Juteknya, gak sengaja kali.

Tak banyak pikir aku pun menuju lapangan. 

Tiba dilapangan aku langsung ikut berbaris dengan teman sekelasku yang lain, karena tubuhku terukur lebih mungil dibandingkan yang lain maka aku berdiri dibarisan paling depan. Mendengar pidato kepala sekolah, sambutan ketua OSIS, dan ketua MOS selama satu jam sambil ditatap terik matahari membuat kami sangat lelah. Karena hari ini hari pertama masuk sekolah aku berusaha untuk bersemangat mengikuti semua kegiatan, meskipun kemarin aku sudah dibuat repot untuk menyiapkan barang-barang bawaan dengan kode yang aneh, contohnya:

Coklat yang menyeramkan → Coklat Suzana
Minuman Ketua OSIS→ Air Mineral Prim-A (nama ketua OSIS : Prima)


"Terakhir, Kakak ucapkan selamat datang kepada adik-adik semua dan selamat menikmati seluruh kegiatan MOS. Silahkan dipandu kembali oleh kakak pembimbing kelasnya masing-masing. Assalamualaikum."

Kalimat penutup dari ketua acara dijawab dengan penuh semangat oleh seluruh peserta MOS, sepertinya semangat mereka karena berakhirnya masa 'penjemuran' dilapangan bukan karena isi sambutan.

Saat bersiap menuju kelas, tak sengaja aku melihat barisan perempuan sekelasku, barisannya terhalang oleh barisan laki-laki yang masih sekelas denganku. Sepertinya aku kenal dengan perempuan yang berdiri di bagian paling depan.

Si Jutek.

Perempuan yang tadi tersenggol ternyata adalah teman satu kelasku.

bersambung


0 comments:

Post a Comment