Tuesday, March 31, 2020

Pembelajaran Jarak Jauh-1

GOL TENDANGAN BEBAS JARAK JAUH TERHEBAT DI DUNIA, DAHSYAT ...
Covid-19 menjadi momok yang sangat menakutkan di awal tahun 2020 ini, ia menerkam bumi sampai ke pelosok-pelosok negara. Virus luar biasa yang berhasil membungkam aktivitas beberapa negara di dunia. China menjadi pionir dalam penyebaran virus ini, kurang lebih pada bulan desember tahun lalu baru disadari oleh pemerintah China bahwa mereka telah di teror oleh penyakit corona.

Untuk saat ini saya tidak akan membahas virus itu apa, virus Covid-19 itu bentuknya seperti apa, bagaimana penularannya atau juga bagaimana pencegahannya tetapi yang akan saya bagi di sini adalah dampak dari virus ini khususnya kepada profesi saya sebagai pengajar SMA.

Penyebaran virus Covid-19 itu seperti semut yang tiba-tiba ada di makanan manis, kita tidak waspada tahu-tahu makanan sudah dikeroyok oleh semut. Dampak dari penyebaran ini mengakibatkan pemerintah harus mengambil sikap WFH (Work From Home) atau bekerja di rumah. Mungkin untuk beberapa pekerja dapat melakukan WFH dengan mudah selama terpenuhi kuota dan sinyal internet, sayangnya beberapa pekerja lainnya tidak bisa sekedar kuota dan sinyal. Saya sempat berdiskusi kecil dengan pemilik warung, penjual nasi goreng, penjual kopi, dan pedagang-pedagang lainnya. Mereka mengalami penurunan omset yang amat drastis, yang biasa terjual 10-15 gelas kopi satu hari saat ini sudah mencapai 3-5 gelas pun sudah sangat bersyukur. Jalanan lengang, bahkan ojol pun terlihat lesu.

Dampak terhadap pedagang-pedagang ini juga dirasakan oleh saya. Hal pertama yang teramat terasa adalah profesi inti saya sebagai pengajar SMA untuk mengajar jarak jauh. Tidak seperti tendangan jarak jauh pada sepak bola yang hanya berkisar 60 meter tetapi bisa sampai berkilo-kilometer. Ya, untuk mengatasi pembelajaran jarak jauh adalah dengan teknik mengajar daring (dalam jaringan) menggunakan google meets. Yah, sebenarnya tidak ada kesulitan yang istimewa jika pembelajaran hanya menampilkan powerpoint lalu menjelaskan kepada siswa, atau berikan saja tugas penguatan kepada siswa. 

Oia, sebelumnya memang pemerintah menganjurkan pembelajaran cukup dikaitkan dengan kondisi terkini (mengenai virus Covid-19) sayangnya pelajaran yang saya ampu adalah matematika dan kimia, kimia masih memungkinkan untuk memberikan sentuhan dalam pembahasan virus Covid-19 tapi tidak untuk matematika. Lagipula, mereka belajar saat ini bukan untuk dua bulan di depan, UKK atau ujian lainnya, mereka harus siap materi untuk seleksi masuk perguruan tinggi tahun depan (SMA saya masih baru jadi belum ada siswa kelas XII) atau minimal untuk menghadapi materi lanjutan di tingkat selanjutnya. Jadi sangat tidak memungkinkan saya meminimalisir pembelajaran dengan mengorbankan persiapan mereka untuk tahun depan.

Jadi ada hal-hal yang perlu saya sampaikan secara langsung (tulisan langsung) apalagi kimia dan matematika banyak simbol, huruf, angka, dan aturan penulisan lainnya. Jika memiliki perangkat yang mendukung akan lebih menyenangkan, pen tablet misalnya. Karena, jika menulis langsung di gawai menggunakan jari atau tetikus akan memberikan efek berantakan pada tulisan (terlebih saya bukan pengguna tetikus yang baik) dan kabar buruknya saya tidak memiliki perangkat-perangkat tersebut.

Kenapa tidak menggunakan video pembelajaran? Sederhananya sih begini, umumnya kalau kita tidak mengerti suatu bahasan enaknya langsung bertanya tidak terbatas dan tertunda harus mengetik dulu atau membuat pesan suara atau melalui telepon kan? 

Oleh karena itu, saya hanya memiliki pilihan membuat pembelajaran daring dengan memanfaatkan papan tulis atau kertas. Sayangnya kedua material tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan, meskipun begitu sampai saat ini saya mengoptimalkan keduanya. Selain itu penggunaan aplikasi konferensi sangat menyita kuota internet, guru tahfidz sudah mulai mengeluh 2.5 Gb habis untuk pembelajaran. Untungnya, sejak awal saya sudah sadar akan hal itu, sehingga sebelum turun titah WFH dari yayasan sekolah saya sudah meminta izin kepada kepala sekolah untuk menggunakan fasilitas sekolah (salah satunya wifi) dan sekarang guru tahfidz tersebut ikut-ikutan melakukan pembelajaran daring di sekolah (tenang, kita berbeda ruangan jadi tetap social distance, dan dia hanya ada pembelajaran dari jam 08.00 s.d. 09.00 setelah itu sudah kembali ke rumahnya).

Gambar 1. Pembelajaran daring menggunakan media google meets + papan tulis


Gambar 2. Pembelajarang daring menggunakan media google meets + kertas HVS

Selain itu, kami (pengajar) pun harus membuat laporan setelah melakukan pembelajara secara online, serius ini bikin repot sekali, karena kami harus mendokumentasikan pembelajaran lalu diunggah bersama tugas yang diberikan kepada siswa.

Mungkin dapat menjadi masukan bagi pengajar-pengajar lain di luar sana bahwa siswa tidak bisa hanya sekedar diberikan tugas (yakinlah itu hanya merepotkan kalian atau menyusahkan rekan kalian untuk mengajar mereka di tahun depan), jika terbatas kuota coba cari lokasi yang memungkinkan memanfaatkan wifi, gunakanlah fasilitas-fasilitas yang ada untuk menunjang pembelajaran, dan pastikan bukan hanya sekedar materi tersampaikan sekali lagi hal ini akan berdampak pada kesiapan mereka menghadapi materi selanjutnya apalagi jika materi prasyarat.

Yah itu sedikit cerita sebagai pengajar di sekolah resmi, next saya akan bercerita dampak WFH terhadap profesi saya yang lain seperti pengajar bimbel :).

Bersambung...